Ardian Anggraini | 1A113706
IBD | 4KA37
Dosen : Nuralam
Manusia
dan Harapan
Setiap manusia mempunyai harapan.
Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang
akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada
ahli warisnya.
Harapan
tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan
kemampuan masing-masing, Misalnya, Budi yang hanya mampu membeli sepeda, biasanya
tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai harapan
yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orang itu
seperti peribahasa “Si pungguk merindukan bulan”
Berhasil
atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan,
misalnya Rafiq mengharapkan nilai A dalam ujian yang akan datang, tetapi tidak
ada usaha, tidak pernah hadir kuliah. Ia menghadapi ujian dengan santai.
Bagaimana Rafiq memperoleh nilai A. luluspun mungkin tidak.
Harapan
harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha
dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa
merupakan sarana terkabulnya harapan.
Harapan
berasal dan kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga
harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan
menyangkut masa depan.Jadi untuk mewujudkan harapan itu harus disertai dengan
usaha yang sesuai dengan apa yang diharapkan Bila dibandingkan dengan cita-cita
, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk: sedangkan cita-cita
pada umumnya perlu setinggi bintang. Antar harapan dan cita-cita terdapat
persamaam yaitu :
• keduanya
menyangkut masa depan karena belum terwujud
• pada
umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik
atau meningkat.
Persamaan Harapan dan Cita-cita
Harapan
berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga
harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan
menyangkut masa depan.
Setiap
manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati
dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya
berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada
pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan
masing-masing.
Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri
sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud,
maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena
usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
Cita-cita
merupakan Impian yang disertai dengan tindakan dan juga di berikan batas waktu.
Jadi kalau kita bermimpi untuk menjadi netpreneur yang sukses, ya… harus di
sertai tindakan jangan cuma berandai-andai saja. Serta jangan lupa di berikan
target waktu sehingga kita punya timeline kapan hal tersebut kita inginkan
terealiasasi.
Dari kecil
kita pasti dinasehati oleh orangtua, guru ataupun buku untuk menggantungkan
cita-cita setinggi langit. Semua itu memang benar karena dengan adanya
cita-cita atau impian dalam hidup kita akan membuat kita semangat dan bekerja
keras untuk menggapai kehidupan yang lebih baik di dunia.
Cita-cita
yang baik adalah cita-cita yang dapat dicapai melalui kerja keras, kreativitas,
inovasi, dukungan orang lain dan sebagainya. Khayalan hasil melamun cenderung
tidak logis dan bersifat mubazir karena banyak waktu yang terbuang untuk
menghayal yang tidak-tidak.
Dalam
bercita-cita pun sebaiknya jangan terlalu mendetail dan fanatik karena kita
bisa dibuat stres dan depresi jika tidak tercapai. Contoh adalah seseorang yang
punya cita-cita jadi dokter. Ketika dia tidak masuk jurusan ipa dia stress,
lalu gagal snmptn / spmb kedokteran dia stress, dan seterusnya.
Tidak
semua orang bisa menentukan cita-cita. Jika tidak bisa menentukan cita-cita,
maka bercita-citalah untuk menjadi orang yang berguna dan dicintai orang banyak
dengan hidup yang berkecukupan. Untuk mendapatkan motivasi dalam mengejar
cita-cita kita bisa mempelajari kisah sukses orang lain atau membaca atau
melihat film motivasi hidup seperti laskar pelangi.
Bila
dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu
muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan
dan cita-cita terdapat persamaan yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena
belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan
hal yang lebih baik ataumeningkat.
Penyebab Manusia Mempunyai Harapan
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk
sosial. Setiap lahir ke dunia langusung disambut dalam suatu pergaulan hidup,
yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu
manusiapun yang luput dari pergaulan hidup. Ditengah – tengah manusia lain
itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik/jasmani maupun mental/
spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia
lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
• Dorongan
kodrat
Kodrat
ialah sifat, keadaan, atau pcmbawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri
manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira,
berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia
mempunyai kemampuan untuk itu semua.
Dorongan
kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis,
tertawa, bergembira, dan scbagainya. Seperti halnya orang yang menonton
Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar
penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan kedua
belah pihak gagal, justru sedihlah mereka.
Kodrat
juga terdapat pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena binatang dan tumbuhan
perlu makan, berkembang biak dan mati. Yang mirip dengan kodrat manusia ialah
kodrat binatang, walau bagaimanapun juga besar sekali perbedaannya. Perbedaan
antara kedua mahluk itu, ialah bahwa manusia memiliki budi dan kehendak. Budi
ialah akal, kemampuan untuk memilih. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan,
sebab bila orang akan memilih, ia harus mengetahui lebih dahulu barang yang
dipilihnya. Dcngan budinya manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana
yang buruk, mana yang benar dan mana yang
salah, dan
dengan kehendaknya manusia dapat memilih. Dalam diri manusia masing-masing
sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup
bermasyarakat atau hidup bcrsama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka
manusia mempunyai harapan.
• Dorongan
kebutuhan hidup
Sudah
kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan
hidup itu pada garis besamya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohani
Kebutuhan jasmaniah
misalnya ; makan, minum, pakaian, rumah. (sandang, pangan,
dan
papan), ketenangan, hiburan, dan keberhasilan.
Untuk
memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan manusia lain.
Hal ini
disebabkan, kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik/jasmaniah
maupun
kemampuan berpikimya.
Dengan
adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia
mempunyai
harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Menurut
Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan
manusia
itu ialah :
a)
kelangsungan hidup (survival)
b)
keamanan ( safety )
c) hak dan
kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
d) diakui
lingkungan (status)
e)
perwujudan cita-cita (self actualization)
Kepercayaan
Kepercayaan
berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran.
Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan
akan kebenaran. maka jelaslah kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah
kebenaran. Ada jenis pengetahuan yang dimilik seseorang, bukan karena merupakan
hasil penyelidikan sendiri, melainkan diterima dari orang lain. Kebenaran
pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karma orang lain itu
dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi masalahnya, melainkan orang yang
memberitahukan itu dapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang diterima dari
orang lain atas kewibawaannya itu disebut kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang
memberitahu mengenai pengetahuan itu makin besar kepercayaan.
Dalam
agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan artinya
diberitahukan oleh Tuhan – langsung atau tidak langsung kepada manusia.
Kewibawaan pemberi kebenaran itu ada yang melebihi besamya . Kepercayaan dalam
agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak berpikir bebas, hak atas
keyakinan sendiri menimbulkan juga hak ber agama menurut keyakinan.
Dalam hal
beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang
beragama itu, Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Teori Kebenaran
• Teori
Kebenaran Korespondensi
Teori
kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa
pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau
pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut.
Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti
yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar
apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini
sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan.
Gejala-gejala
alamiah, menurut kaum empiris, adalah bersifat kongkret dan dapat dinyatakan
lewat panca indera manusia. Gejala itu bila ditelaah mempunyai beberapa
karakteristik tertentu. Logam bila dipanaskan akan memuai. Air akan mengalir ke
tempat yang rendah. Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lain dan berbedanya objek yang
dapat ditangkap indera. Perbedaan sensivitas tiap indera dan organ-organ
tertentu menyebabkan kelemahan ilmu
empiris.
Ilmu
pengetahuan empiris hanyalah merupakan salah satu upaya manusia dalam menemukan
kebenaran yang hakiki dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Penyusunan
pengetahuan secara empiris cenderung menjadi suatu kumpulan fakta yang belum
tentu bersifat konsisten, dan mungkin saja bersifat kontradiktif. Adanya
kecenderungan untuk mengistimewakan ilmu eksakta sebagai ilmu empiris untuk mengatasi
berbagai masalah yang dihadapi manusia tidak selalu tepat. Pengistimewaan
pengetahuan empiris secara kultural membuat manusia modern seperti pabrik.
Semua cabang kebudayaan yang terbentuk menjadi produksi yang bersifat massal.
Keberhasilan
ilmu eksakta yang berdasarkan empirisme dalam mengembangkan teknologi -ketika
berhadapan dengan ”kegagalan ” ilmu-ilmu human dalam menjawab masalah manusia-
membawa dampak buruk terhadap kedudukan dan pengembangan ilmu-ilmu human.
Analisis filsafat tentang kenyataan ini harus ditempatkan secara proporsional,
karena merupakan suatu usaha ilmiah untuk membantu manusia mengungkap misteri
kehidupannya secara utuh.
• Teori
Kebenaran Koherensi
Teori
kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria
koheren atau konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan
jaringan komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis.
Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain.
Seperti sebuah percepatan terdiri dari konsep-konsep yang saling berhubungan
dari massa, gaya dan kecepatan dalam fisika.
Kebenaran
tidak hanya terbentuk oleh hubungan antara fakta atau realitas saja, tetapi
juga hubungan antara pernyataan-pernyataan itu sendiri. Dengan kata lain, suatu
pernyataan adalah benar apabila konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang
terlebih dahulu kita terima dan kita ketahui kebenarannya.
Salah satu
dasar teori ini adalah hubungan logis dari suatu proposisi dengan proposisi
sebelumnya. Proposisi atau pernyataan adalah apa yang dinyatakan, diungkapkan
dan dikemukakan atau menunjuk pada rumusan verbal berupa rangkaian kata-kata
yang digunakan untuk mengemukakan apa yang hendak dikemukakan.
Proposisi
menunjukkan pendirian atau pendapat tentang hubungan antara dua hal dan
merupakan gabungan antara faktor kuantitas dan kualitas. Contohnya tentang
hakikat manusia, baru dikatakan utuh jika dilihat hubungan antara kepribadian,
sifat, karakter, pemahaman dan pengaruh lingkungan. Psikologi strukturalisme berusaha
mencari strukturasi sifat-sifat manusia dan hubungan-hubungan yang tersembunyi
dalam kepribadiannya.
Pengetahuan
rasional yang berdasarkan logika tidak hanya terbatas pada kepekaan indera
tertentu dan tidak hanya tertuju pada objek-objek tertentu. Gagasan
rasionalistis dan positivistis cenderung untuk menyisihkan seluruh pemahaman
yang didapat secara refleksi. Pemikiran rasional cenderung bersifat solifistik
dan subyektif. Adanya keterkaitan antara materi dengan non materi, dunia fisik
dan non fisik ditolak secara logika. Apabila kerangka ini digunakan secara luas
dan tak terbatas, maka manusia akan kehilangan cita rasa batiniahnya yang
berfungsi pokok untuk menumbuhkan apa yang didambakan seluruh umat manusia
yaitu kebahagiaan.
• Teori
Kebenaran Pragmatis
Teori
kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi
oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya
suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori
tersebut bagi manusia untuk kehidupannya. Kebenaran suatu pernyataan harus
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Menurut
teori ini proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku atau
memuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan
yang diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless). Bagi para pragmatis,
batu ujian kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability)
dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequences). Teori
ini tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak.
Francis
Bacon pernah menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus mencari
keuntungan-keuntungan untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi. Ilmu
pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan manusia. Dengan
kata lain ilmu pengetahuan manusia adalah kekuasaan manusia. Hal ini membawa
jiwa bersifat eksploitatif terhadap alam karena tujuan ilmu adalah mencari
manfaat sebesar mungkin bagi manusia.
Manusia
dengan segala segi dan kerumitan hidupnya merupakan titik temu berbagai
disiplin ilmu. Hidup manusia seutuhnya merupakan objek paling kaya dan paling
padat. Ilmu pengetahuan seyogyanya bisa melayani keperluan dan keselamatan
manusia. Pertanyaan-pertanyaan manusia mengenai dirinya sendiri, tujuan-tujuannya
dan cara-cara pengembangannya ternyata belum dapat dijawab oleh ilmu
pengetahuan yang materialis-pragmatis tanpa referensi kepada nilai-nilai
moralitas.
Aksiologi
ilmu pengetahuan modern yang dibingkai semangat pragmatis-materialis ini telah
menyebabkan berbagai krisis lingkungan hidup, mulai dari efek rumah kaca akibat
akumulasi berlebihan CO2, pecahnya lapisan ozon akibat penggunaan freon
berlebihan, penyakit minimata akibat limbah methylmercury hingga bahaya nuklir
akibat persaingan kekuasaan antar negara. Ketiadaan nilai dalam ilmu
pengetahuan modern yang menjadikan sains untuk sains, bahkan sains adalah
segalanya, telah mengakibatkan krisis kemanusiaan. Krisis lingkungan dan
kemanusiaan, mulai dari genetic engineering hingga foules solitaire (kesepian
dalam keramaian, penderitaan dalam kemelimpahan). Manusia telah tercerabut dari
aspek-aspek utuhnya, cinta, kehangatan, kekerabatan, dan ketenangan. Kedua
krisis global ini telah menghantui sebagian besar lingkungan dan masyarakat
modern yang materialis-pragmatis.
Macam-macam Kepercayaan
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber
kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
•
Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan
pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri
sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada diri
sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu
mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
•
Kepercayaan kepada orang lain
Percaya
kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru,
atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya ternadap
kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap
kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya karna ucapannya.
Misalnya, orang yang berjanji sesuatu hams dipenuhi, meskipun janji itu tidak
terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
•
Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan
pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.Ir,
Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan
memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan
sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama
pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan,
sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan)
Pandangan
demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun
milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara.
Satu-satunya realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak
berarti. Orang. mempunyai arti hanya dalam masyarakat, negara. Hanya negara
sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada negara, negara
demikian itu disebut negara totaliter. satu-satunya yang mempunyai hak ialah
negara; manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban
(negara diktator)
Jelaslah
bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis ataupun demokratis negara atau
pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah
kalau manusia sebagai warga negara percaya kepada negara/pemerintah.
•
Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan
kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu
bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti
keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena
merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya.
Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai
kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan
daya kekuatannya. Oleh karcna itu jika manusia berusaha agar mendapat
pertolongan dari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah
yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang
maha tinggi yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan
konsekuensinya
tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.
Usaha-usaha Meningkatkan Percaya
pada Tuhan
Usaha itu
antara lain:
•
Meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah.
•
Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat.
•
Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan suka menolong,
dermawan, dan sebagainya.
•
mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan.
• menekan
perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya.