Ardian Anggraini | 1A113706
IBD | 4KA37
Manusia
dan Keindahan
Kata keindahanan berasal dari kata
indah yang artinya bagus, cantik, elok, permai dan sebagainya. Benda yang
mempunyai sifat indah ialah semua hasil seni. Pemandangan alam, manusia, rumah,
tatanan, perabot rumah tangga, suara, warna, dan sebagainya. Kawasan keindahan
bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan
perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu keindahan dapt
dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian dari hidup manusia.
Perbedaan antara keindahan sebagai
suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah adalah bila
perbedaan antara keindahan sebagai suatu kualitas abstrak bisa berupa suara, maka perbedaan antara
keindahan sebagai sebuah benda tertentu bisa berupa bentuk ataupun benda.
Keindahan itu merupakan suatu konsep
abstrak yang tidak dapat dinikmati karen tidak jelas. Keindahan itu baru jelas
jika telah dihubungkan dengan sesuateau” sedangkan italia dan Spanyol
“Bello”berasal dari kata Latin “Bellum”. Akar katanya adalah “Bonum” yang
berarti kebaikan.
Menurut cakupannya kita harus
membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalita abstrak dan sebagai sebuah
benda tertentu yang indah. Untuk perbedaan ini dalam bahasa inggris sering
dipergunakan istilah beauty (keindahan) dan the beautiful (benda atau hal yang
indah). Dalam pembatasan filsafat kedua pengertian itu kadang-kadang
dicampurkan saja. Disamping itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian,
yakni :
a. Keindahan dalam arti yang luas,
b. Keindahan dalam arti estetis murni,
c. Keindahan dalam arti terbatas dalam
hubungannya dengan pengelihatan.
Keindahan dalam arti luas merupakan
pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula
kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang
indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik
juga juga menyenangkan. Plotinus menulis tenttang ilmu yang indah dan kebajikan
yang indah. Orang Yunani dulu berbicara pula mengenai buah pikiran yang indah
dan adat kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian
keindahan dalam arti estetis yang disebutnya “Symmetria” untuk keindahan
berdasarkan pengelihatan dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran.
Jadi, pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi :
- Keindahan seni,
- Keindahan alam
- Keindahan moral,
- Keindahan intelektual.
Keindahan dalam arti estetis murni
menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala
sesuatu yang pernah dirasakannya.
Sedangkan keindahan dalam arti
terbatas lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang
diserapnya melalui pengelihatan dari bentuk dan warna.
Nilai estetik adalah nilai yang
berhubungan dengan segala sesuatu yang tercangkup dalam pengertian keindahan.
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik
dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya, yakni
nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu. Sedangkan nilai instrinsik
adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan,
ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.
Keindahan dapat dinikmati menurut
selera seni dan selera biasa. Keindahan yang didasarkan pada selera seni
didukung oleh faktor kontemplasi dan skstansi. Kontemplasi adalah dasar dalam
diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar dalam
diri manusia untuk mnyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah.
Apabila kedua dasar ini dihubungkan dengan bentuk di luar diri manusia, maka
akan terjadi penilaian bahwa sesuatu itu indah. Sesuatu yang indah itu memikat
atau menarik perhatian orang yang melihat, mendengar. Bentuk diluar diri
manusia itu berupa karya budaya yaitu karya seni lukis, suara, tari, sastra,
drama dan film, atau berupa ciptaan Tuhan misalnya pemandangan alam, manusia,
binatang, dan lain-lain.
Renungan berasal dari kata renung,
yang memiliki arti diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan
dalam-dalam. Renungan adalah hasil dari merenung. Dalam merenung untuk
menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori itu ialah : Teori
pengungkapan, Teori Metafisik dan Teori Psikologi.
a. Teori Pengungkapan
Dalil dari teori ini ialah bahwa
“Art is an expression of human feeling”. Teori ini bertalian dengan apa yang
dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni.
seorang tokoh dari teori
pengungkapan adalah Leo Tolstoi, dia menegaskan bahwa kegiatan seni adalah
memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan yang seseorang telah mengalaminya
dan setelah memunculkan itu kemudian dengan peralatan berbagai gerak, garis,
warna, suar, dan bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata memindahkan perasaan
itu sehingga orang-orang bisa merasakan perasaan yang sama.
b. Teori Metafisik
Teori seni yang bercorak metafisis
merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang
karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafat, konsepsi
keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengemukakan suatu teori
peniruan. Ini sesuai dengan metafisika Plato yang mendalilkan adanya dunia ide
pada taraf yang tertinggi sebagai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah
terdapat realita duniawi ini yang merupakan mimemis dari realita duniawi
sebagai contoh, Plato mengemukakan ide Ke-ranjangan yang abadi, asli dan indah
sempurna ciptaan Tuha. Kemudian dalam dunia ini tukang kayu membuat ranjang
dari kayu yang merupakan ide tertinggi Ke-ranjang-an itu. Dan akhirnya seniman
meniru ranjang kayu itu dengan menggambarkannya
dalam sebuah lukisan. Jadi karya seni adalah tiiruan dari suatu tiruuan
lain sehingga bersifat jauh dari kebenaran atau dapat menyesatkan. Karena itu
seniman tidak mendapat tempat sebagai warga negara Republik yang ideal menurut
Plato.
Ide-ide dan merenungkan demi ide-ide
itu sendiri. Dengan melalui perenungan semacam ini lahirlahh karya seni.
Seniman besar adalah seseorang yang mampu dengan perenungannya itu menembus
segi-segi praktis dari benda-benda disekelilingnyadan sampai pada maknanya yang
dalam, yakni memahami ide-ide dibaliknya.
c. Teori Psikologi
Suatu teori lain tentang sumber seni
ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (175-1805) dan
Herbert Spencer (1820)1903). Menurut Schiller, asal mula seni adalah dorongan
batin untuk bermain-main yang ada dalam diri seseorang. Seni merupakan semacam
permainan menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan
adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan. Bagi Spencer, permainan itu
berperan untuk mencegah kemampuan-kemampuan mental manusia menganggur dan
kemudian menciut karena disia-siakan. Seseorang yang semakin meningkat taraf
kehidupannya tidak memakai hebis energinya untuk keperluan sehari-hari,
kelebihan tenaga itu lalu menciptakan kebutuhan dan kesempatan untuk melakukan
rangkaian permainan yang imaginatif dan kegiatan yang akhirnya menghasilkan
karya seni.
Ada pendapat dalam dunia filsafat
seni bahwa manusia adalah makhluk pemuja keindahan. Melalui panca indera
manusia menikmati keindahan dan setiap saat tak dapat berpisah dengannya, dan
berupaya untuk dapat menikmatinya. Kalau tidak dapat memperolehnya manusia
mencari kian kemari agar dapat menemukan dan memuaskan rasa dahaga akan
keindahan.
Manusia setiap waktu memperindah
diri, pakaian, rumah, kendaraan dan sebagainya agar segalanya tampak mempesona
dan menyenangkan bagi yang melihatnya. Semua ini menunjukkan betapa manusia
sangat gandrung dan mencintai keindahan. Seolah-olah keindahan termasuk
konsumsi vital bagi indera manusia. Tampaknya kerelaan orang mengeluarkan dana
yang relatif banyak untuk keindahan dan menguras tenaga serta harta untuk
menikmatinya, seperti bertamasya ke tempat yang jauh bahkan berbahaya, hal ini
semakin mengesankan betapa besar fungsi dan arti keindahan bagi seseorang.
Agaknya semakin tinggi pengetahuan, kian besar perhatian dan minat untuk
menghargai keindahan dan juga semakin selektif untuk menilai dan apa yang harus
dikeluarkan untuk menghargainya, dan ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi
orang yang dapat menghayati keindahan.
A. Hakekat Keindahan
Keindahan adalah susunlah kualitas
atau pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal kulitas yang paling disebut
adalah kesatuan (unity) keselarasan (harmony) kesetangkupan (symmetry)
keseimbangan (balance) dan pertentangan (contrast).
Herbet Read merumuskan bahwa
keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan bentuk yang terdapat diantara
pencerapan-pencerapan indrawi manusia.
Filsuf abad pertengahan Thomas
Amuinos mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bilamana
dilihat.
Menurut luasnya pengertian keindahan
dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Keindahan dalam arti luas
Keindahan dalam arti luas menurut
para ahli, yaitu :
a. Menurut The Liang Gie keindahan
adalah ide kebaikan
b. Menurut Pluto watak yang indah
dan hukum yang indah
c. Menurut Aristoteles keindahan
sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan
2. Keindahan dalam arti estetik
murni
Yaitu pengalaman estetik seseorang
dalam hubungan dengan segala sesuatu yang diserapnya.
3. Keindahan dalam arti terbatas
Yaitu yang menyangkut benda-benda
yang dapat diserap dengan penglihatan yakni berupa keindahan bentuk dan warna
Cinta sangat kuat sekali dalam
membangkitkan daya kreativitas para seniman unutk menciptakan keindahan bagi para
seniman untuk menciptakan keindahan bagi para seniman kreativitas itu
hipotesisnya abstrak. Seperti yang dikemukakan oleh Keatas keindahan adalah
konsep yang baru dapat berkomunikasi setelah mempunyai bentuk. Konsep itu
sendiri abstrak dan kabur dia ada akan tetapi tidak dapat berbicara dengan
seniman sebelum ada imajinasi yang menghubungkan seniman itu dengan konsepnya
sendiri setelah konsepnya terbentuk, barulah konsep keindahan seniman berdialog
dengan pembaca, seperti gesang pada waktu bermain-main di Bangawan Solo ia
heran sungai yang airnya tak seberapa itu pada waktu banjir sangat mengerikan
orang yang melihatnya ia merenung ia memperoleh konsep keindahan setelah konsep
itu diberi bentuk ialah lagu “Bengawan Solo” maka barulah dapat berkomunikasi
Dalam proses jiwa seniman pada waktu
merenung dalam rangka menciptakan keindahan menurut Koats selalu diliputi rasa
ragu-ragu, takut ketidak tentuan, misterius (negative capability), justru
seniman yang tidak memiliki kemampuan negative tidak mampu menciptakan
keindahan, kemampuan negative ini identik dengan proses mencari (ialah mencari
keindahan) karena yang bersangkutan merasa belum puas atas keindahan yang telah
diciptakannya.
Keindahan adalah identik dengan
kebenaran, keindahan adalah kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya
mempunyai nilai yang sama yaitu abadi dan mempunyai daya tarik yang selalu
bertambah yang tidak mengandung kebenaran tidak indah.
Ada dua nilai terpenting dalam
keindahan
Nilai ekstrinsik yakni nilai yang
sifatnya sebagai alat atau membantu untuk sesuatu hal. Contohnya tarian yang
disebut halus dan kasar.
Nilai intrinsik adalah sifat baik
yang terkandung di dalam atau apa yang merupakan tujuan dari sifat baik
tersebut, contohnya pesan yang akan disampaikan dalam suatu tarian.
Demikian banyaknya hasil seni budaya
dengan menggunakan pendekatan ekstrinsik dan pendekatan intrinsik melalui
proses penghayatan kita dapat mengetahui alasan mereka atau seniman menciptakan
keindahan melalui hasil seni. Kalau Bagong Kussudiarjo ditanya mengapa ia
menciptakan berbagai kreasi tarian baru yang menggambarkan kehidupan nelayan,
petani, buruh pabrik, tentu ada berbagai macam jawaban mungkin ia ingin
mengabadikan kegiatan masing-masing pekerjaan itu pada zamannya. Karena kelak
apabila teknologi maju memasuki wilayah itu kegiatan mereka itu akan lain
bentuknya. Atau mungkin ia ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa keindahan
itu tidak hanya dapat di kota-kota saja, dan yang menggemari keindahan itu
bukan hanya para cendikiawan saja, tetapi di masyarakat, nelayan, buruh pabrik
dan petani yang setiap hari berjuang demi sesuap nasi-pun merindukan keindahan.
Teori estetika keindahan adalah Jean
M. Filo dalam bukunya “Current Concepts of Art” dikelompokkan dalam tiga
kelompok besar, yaitu :
Kelompok yang berpendapat bahwa
keindahan itu subjektif adanya yakni karena manusianya menciptakan penilaian
indah dan kurang indah dalam pikirannya sendiri. Barangkali pernah juga kita
dengar pepatah “Des Gustibus Non Est Disputandum” selera keindahan tak bisa diperdebatkan.
Kelompok yang berpendapat bahwa
keindahan objektif adanya, yakni karena keindahan itu merupakan nilai yang
intrinsik ada pada suatu objek, artinya seekor kupu-kupu memang lebih indah
dari pada seekor lalat hijau.
Kelompok yang berpendapat bahwa
keindahan itu merupakan pertemuan antara yang subjektif dan yang objektif,
artinya kualitas keindahan itu baru ada apabila terjadi pertemuan antara subjek
manusia dan objek substansi. Ada tiga hal yang nyata ketika seseorang
menyatakan bahwa sesuatu itu indah, apabila ada keutuhan (Integrity) ada
keselarasan (Harmony) serta kejelasan (Clearity) pada objek tersebut. Ini
biasanya disebut sebagai hukum keindahan.
H. C Wyatt meneliti alasan-alasan
yang biasa diberikan orang apabila mereka mengatakan sesuatu itu indah, dan ia
menemukan bahwa banyak sekali orang menganggap sesuatu itu indah karena
menyebabkan ia bersosialisasi pada suatu yang pernah mengharukannya dahulu,
harapan-harapannya dan seterusnya. Ia menganggap alasan-alasan ini sebagai
alasan-alasan non estetik.
B. Kontemplasi
Kontemplasi adalah suatu proses
bermeditasi merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari
nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil penciptaan. Dalam
kehidupan sehari-hari orang mungkin berkontemplasi dengan dirinya sendiri atau
mungkin juga dengan benda-benda ciptaan Tuhan atau dengan peristiwa kehidupan
tertentu berkenaan dengan dirinya atau di luar dirinya.
Di kalangan umum kontemplasi
diartikan sebagai aktivitas melihat dengan mata atau dengan pikiran untuk
mencari suatu dibalik yang tampak atau tersurat misalnya, dalam ekspresi :
seseorang sedang berkontemplasi dengan bayang-bayang atau dirinya dimuka
cermin.
Seorang filosuf bernama Jac Ques
Maritain mengatakan bahwa seni itu memberi kesempatan yang mustahil kepada
manusia untuk berpacu dengan kontemplasi, yang akan menghasilkan suatu
kegembiraan spiritual yang malampaui batas setiap jenis kegembiraan yang lain.
C. Kontemplasi dan Cipta Seni
Persepsi dan pemahaman terhadap
hasil karya seni dan gejala-gejala alami serta kehidupan di dunia ini pada
tingkat kebermaknaannya yang tinggi dapat dicapai melalui idealisme dan
pemikiran yang tajam dan mendalam, bagi kesempurnaan hidup tata jasmani dan
rohani manusia. Gejala-gejala alami yakni alam dengan seluruh isi dan
gerakannya yang nampaknya biasa-biasa saja itu sebenarnya mengandung implikasi
kelanjutan, akibat-akibat dan kegunaan yang penuh misteri bagi manusia yang
selagi hidup menjadi penentu pemecahannya.
Manusia menciptakan berbagai macam
peralatan untuk memecahkan rahasia gejala alami tersebut. Semuanya ini
dilakukan dan hanya bisa terjadi berdasarkan resep atau pemikiran pendahuluan
yang dihasilkan oleh kontemplasi. Siklus kehidupan manusia dalam lingkup
pandangan ini menunjukkan bahwa kontemplasi selain sebagai tujuan juga sebagai
cara atau jalan mencari keserba sempurnaan kehidupan manusia.
Karya seni tercipta, terkandung dan
terlahir karena kontemplasi penghayatannya memerlukan disebabkan dalamnya atau
keseluruhannya lebih banyak bersifat simbolik.
D. Keserasian
Keserasian merupakan bagian atau
yang dapat mewujudkan keindahan. Keserasian mengandung unsur pengertian
perpaduan , pertentangan, ukuran dan seimbang.
Perpaduan misalnya : orang
berpakaian antara kulit dan warna yang dipakai harus cocok.
Contoh yang menunjukkan unsur
ukuran-ukuran yang seimbang atau tidak seimbang/serasi, misalnya dalam memadu
rumah dari halaman akan kelihatan serasi dan indah apabila rumah yang bagus
dengan halamannya yang luas dan ditata dengan bunga-bunga yang indah maka orang
akan memuji keserasian itu.
Lagu atau nyanyian-nyanyian
merupakan unsur pertentangan antara suara tinggi-rendah, panjang-pendek,
keras-halus yang terpadu begitu rupa sehingga telinga kita dibuat asyik
mendengarkan dan hati kita pun merasa puas, tetapi apabila dalam keasyikan itu
tiba-tiba terdengar suara yang sumbang kita pun tentunya akan merasa kecewa
dalam hal lagu irama yang indah merupakan pertentangan yang serasi
E. Kehalusan
Kehalusan dalam pengertian keindahan
bagi manusia dimaksudkan sebagai sikap lembut dalam menghadapi orang lain,
lembut dalam mengucapkan kata-kata, lembut dalam roman muka, lembut dalam sikap
anggota badan lainnya. Hal ini berarti menyangkut kesopanan dan atau keadaban
dari sikap manusia dalam pergaulannya baik dalam masyarakat kecil mapun dalam
masyarakat luas.
Sikap halus atau lembut merupakan
gambaran hati yang tulus serta cinta kasih sesama, sebab itu orang bersikap
halus atau lembut biasanya suka menolong orang lain, sikap lembut merupakan
perwujudan dari sifat-sifat ramah, sopan dan sederhana dalam pergaulan sikap
halus yang dimiliki oleh orang yang rendah hati karena orang bersikap rendah
hati adalah orang yang halus tutur bahasanya, sopan tingkah lakunya, tidak
sombong, tidak membedakan pangkat dan derajat dalam pergaulan
Unsur-unsur atau bagian yang dapat
melahirkan sikap halus atau kasar adalah :
a. Anggota Badan
Menurut Alex Gunur dalam bukunya
yang berjudul “Etika” menjelaskan bahwa anggota badan yang melahirkan sikap
kehalusan atau kasar ialah kaki, tangan, kepala, bahu, mulut, bibir, mata,
roman muka orang yang kesadaran etisnya tinggi sikap-sikap kakinya dikendalikan
sebaik-baiknya untuk tidak mengganggu atau merugikan orang lain.
b. Bahasa
Tentang perkataan Alex Gunur
menjelaskan bahwa perkataan yang tersusun dalam kalimat-kalimat adalah
merupakan ungkapan atau gambaran isi hati, maksud keingainan, pendapat/buah
pikiran atau sikap kita terhadap orang lain.
Orang yang kesadaran etisnya tinggi
bisa memilih kata-kata yang sopan dan penyusunannya juga teratur serta pandai
mengatur dan mengendalikan nada irama atau alun suara dalam mengungkapkan isi
hati, keinginan atau buah pikiran.
c. Bagian-Bagian Rohaniah
Ada tiga unsur rohaniah yang
melahirkan sikap, yakni :
- Pikiran
Dengan pikiran manusia dapat
menciptakan pengetahuan, gagasan, pendapat, ide, daya upaya atau akal, teori,
pertimbangan, renungan, kesadaran, kebijakan dan sebagainya. Semua itu dapat
melahirkan sikap seperti ingin tahu, sikap mengerti, sikap sadar, sikap
rasional, apa yang terkandung dalam pikiran dan melahirkan sikap tertentu,
misalnya orang yang sedang kusut pikirannya akan tampak pada roman muka yang
murung.
- Perasaan
Perasaan mempunyai sifat yang sangat
peka dalam menghadapi masalah-masalah hidup yang timbul dalam hubungan
pergaulan antara manusia, sebab itu perasaan perlu dikendalikan dengan baik.
- Kemauan
Dengan unsur kemauan manusia dapat
menentukan pilihan berbuat atau tidak berbuat sesuatu, berbuat baik atau
berbuat tidak baik. Kemauan baik sifatnya luhur dan tidak merugikan orang lain,
sebaliknya kemauan buruk akan merugikan orang lain dan dapat menyusahkan diri
sendiri amupun orang lain, baik yang menyangkut jiwa, jasmani maupun material,
selain itu juga ada kemauan keras, kemauan lunak dan kemauan lemah.
F. Permainan
Kita sudah sering mendengar kota
“Homo Ludens” atau manusia bermain. Istilah ini tidak dimaksudkan untuk
membedakan antara manusia dengan binatang, namun demikian memang permainan ini
merupakan suatu kategori seni dari aktivitas manusia.
J. Hulzinga dalam usahanya untuk mempelajari
Homo Ludens ini menyatakan beberapa ciri utamanya dari permainan, yakni :
Permainan adalah suatu kategori,
demikianlah kita tidak bisa berkata bahwa permainan itu buruk atau baik. Indah
atau tidak indah. Artinya dibandingkan dengan kegiatan manusia yang lain
seperti bekerja.
Inti dari sekedar aktivitas
biologis, logis ataupun estetis.
Sebagai kegiatan manusia bersifat
suka rela yang penting adalah kesukacitaan pada waktu melakukannya, ia bukan
suatu hal yang biasa, artinya punya kaidah-kaidah sendiriserta ia bersifat non
serius.
Semula dikira bahwa permainan
hanyalah pada anak-anak saja dan ia terutama berfungsi sebagai latihan untuk
menghadapi hidup yang berat untuk melatih otot-ototnya, melatih panca
inderanya, melatih inteleknya, kemauannya maupun emosionalnya disamping itu ada
pula yang mengatakan bahwa permainan adalah usaha mahasiswa untuk membebaskan
diri dari keseharian yang membosankan ia merupakan variasi dari hidupnya.
G. Khayalan
George Steiner pernah sekali
menyatakan bahwa fantasi kita adalah benteng terakhir profesi kita, sekalipun
tak bisa dielakkan bahwa kemampuan setiap orang untuk berfantasi itu terbatas
serta terbentuk (terpengaruhi) pula oleh kebudayaannya, namun dalam berfantasi
relatif seseorang lebih bebas.
Dunia khayal adalah dunia kedua
kita, ia pun nyata atau signifikan baik secara personal maupun secara sosial.
Sigmund Freud mencoba menjelaskan perlunya khayalan ini sebagai pengganti dari
hal-hal yang tidak tercapai dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Bertrand Russel, khayalan
sebagai dunia tersendiri. Memiliki hukum-hukum tersendiri yang disebut sebagai
hukum-hukum mental.
Khayalan menjadi sumber kreativitas
anak-anak dilatih untuk berkhayal, sebab kemampuan berkhayal ini diperlukan
untuk mengerjakan pekerjaan mereka nanti. Baik sebagai dokter, maupun sebagai
supir.
Martin Scenerer mengembangkan “ilmu
jiwa pengenalan” ia berpendapat bahwa aktivitas kejiwaan manusia itu
sungguh-sungguh tergantung pada persepsi yang dimaksud persepsi di sini adalah
pemberian arti dari sensasi-sensasi (kelompok rangsangan), persepsi yang salah
akan menimbulkan pengertian yang salah.
Ada pula kesalahan persepsi yang
lain, yaitu yang biasa kita sebut sebagai halusinasi, yakni suatu aktivitas
khayalan yang disebabkan oleh suatu rangsangan namun sama sekali tidk membentuk
pengertian yang persis dari rangsangan tersebut. Misalnya pada waktu melihat
pakaian bergerak dimalam hari dan kita pikir itu setan dan sering kali ini
membawa menuju kepada pengertian yang keliru tentang khayalan seolah-olah khayalan
merupakan kekeliruan tanggapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar